BALI-ku Kini…….!!


Bali dan Pulau Bali bukanlah hal baru bagi dunia pariwisata Indonesia, juga dunia. Bahkan, di manca negara Bali lebih dikenal dibandingkan Indonesia. Perbincangan tentang Bali pun bukan hal yang baru setahun-dua mendominasi pemberitaan media-media masa baik nasional maupun internasional. Bali telah ‘go-international’ sejak dulu kala. Bali secara sadar atau tidak telah menjadi ikon kepariwisataan Indonesia di mata dunia. Namun, bagaimanakah sesungguhnya Bali hari ini? Berikut adalah penuturan Yosef Ferdyana, kru Explore Indonesia, yang sempat menyambangi Bali selama 3 hari atas undangan seorang pemerhati kepariwisataan Bali, Ida Ayu Mas Agung, yang saat ini beraktivitas sebagai Anggota DPD-RI mewakili Provinsi Bali.
Bali Selayang Pandang
Sejak dahulu Bali dikenal sebagai Pulau Dewata atau pulaunya para dewa karena hampir seluruh penduduknya adalah pemeluk Agama Hindu, yang mempercayai adanya dewa. Keindahan alam yang kharismatik yang terpancar dari segenap sudut Pulau Bali, sangat mempesonakan. Memiliki panorama pantai yang indah serta kentalnya adat dan budaya masyarakatnya menjadikan Bali sebagai objek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan.
Kesahajaan penduduknya serta ketaatan nan teguh kepada agama kepercayaannya demikian jelas terlihat oleh semua pengunjung pulau itu. Senyum dan sapa senantiasa terlontar untuk semua orang yang datang ke Bali, sambil beramai-ramai mereka melakukan acara keagamaan bersama. Udara yang sejuk serta harumnya wangi dupa membuat setiap orang selalu teringat kepadanya (Bali).
Saya pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Tempat demi tempat coba saya datangi. Mulai dari tempat keramaian hingga lokasi yang penuh ketenangan. Saya sempat menyambangi pantai-pantainya yang tak pernah sepi, restaurant-restaurant dengan aneka masakannya, hotel-hotel dengan beragam fasilitanya, pasar-pasar yang menjual keunikan hasil karya penduduknnya, hingga kekhusyukan di Pura, tempat para penduduknya sedang menjalani ritual keagamaan.
Bali Saat Ini
Akan tetapi, hati ini sedikit terusik dan bersedih melihat apa yang sesungguhnya terjadi di balik keglamoran Bali saat ini..! Banyak yang telah berubah, dan sayang sekali perubahan itu cenderung ke arah yang kurang menguntungkan, baik dari sisi pengembangan wisata maupun dari sisi kelestarian nilai-nilai budaya Bali.
Pura memang bisa dijadikan salah satu objek pariwisata di sana. Tetapi, setiap saat kita menyaksikan para wisatawan, baik lokal maupun asing, mereka masuk dengan menggunakan baju tanpa lengan walaupun pada bagian bawah menggunakan selendang berwarna. Coba bayangkan jika tempat ibadah kita dimasuki orang dengan hanya berpakaian minim seperti itu. Apa yang akan dilakukan? Hati ini bertanya, siapa yang seharusnya disalahkan..? Ini adalah tempat beribadah bukan sembarang tempat. Di mana sopan-santun kita terhadap tempat ibadah?
Selain itu, hotel-hotel dibangun begitu dekat dengan Pura. Pembangunan fasilitas wisata ternyata telah merusak alam dan juga mengganggu adat serta budaya masyarakat setempat. Penggusuran serta pengerukan bukit di beberapa tempat membuktikan masih ada tangan-tangan jahil yang tega melakukan ’pengrusakan’ di Bali. Sungai yang dahulunya jernih, kini keruh akibat ulah manusia. Sisi kanan-kiri sungai yang dulu hijau dan juga indah dengan air terjunnya, kini banyak dikeruk untuk mengambil batunya. Apakah Pemerintah Daerah setempat tidak mengetahuinya?
Baliku Sayang, Baliku Malang, Baliku Hilang..!!
Sehari setelah tiba di Bali, saya mendatangi rumah seorang wanita paruh baya. Beliau adalah ”Meme Bukit” (sebutannya) mempunyai nama lengkap Ni Nyoman Sipleg. Seampainya disana, Wanita berumur 50 tahun lebih ini memberikan buku berjudul ”Baliku Sayang, Baliku Malang, Baliku Hilang”. Apa gerangan yang ada di dalam buku tersebut?
”Saya bukan pemangku, bukan paranormal dan juga bukan dukun,” ucapnya. Lantas? Apa isi buku dengan judul memilukan itu? Dan, siapakah Beliau? Sambil menebak-nebak, saya beranikan diri membuka pembicaraan dengan Meme Bukit. Berikut adalah rangkuman pembicaraan Tim Eksplore Indonesia dengan Meme Bukit.
Konon katanya wanita ini telah dititahkan oleh Ida Bhatara sejak Tahun 1978 untuk melaksanakan penyelamatan Bali. Bisikan demi bisikan kerap ia dapati. Masih ingatkah kita akan kejadian Bom Bali beberapa Tahun Silam..? Beliau bercerita sebelum bom yang meledak pada bulan Oktober 2002, dirinya mendapat pawisik (bisikan gaib) dan sudah beberapa kali menghadap ”orang-orang gede” (para pejabat) di Bali kala itu. Tapi apa yang ia dapat, tidak ada yang mempercayai omongannya. Walaupun tidak ada yang mempercayainya, Meme Bukit tetap menjalani ritual agar kehancuran yang akan terjadi di Bali tidak terlalu besar.
Memang sebelum terjadinya bom, Meme Bukit melihat akan banyak darah, mayat, tangisan sedih memilukan dan anjing melolong panjang. ”Sudahlah, yang terjadi biarlah terjadi, nasi sudah menjadi bubur,” ucapnya dengan senyum dan air mata. Tapi menurutnya, ini adalah petunjuk betapa sayangnya Ida Bhatara (Tuhan Yang Maha Esa) kepada Bali. Karena tidak berhasil dengan cara halus, Ida Bhatara meminjam tangan almarhum Amrozy (tersangka pelaku bom Bali – red) untuk menjewer telinga orang Bali dengan tujuan agar bisa sadar akan semua kelakuan buruknya.
Untuk selalu ingat kepada Tuhan, Eling kepada Kawitan, tanah leluhurnya yang sudah kebablasan carut-marut. ”Saya lebih takut kepada yang memberi Urip (Tuhan) dari pada yang memberi saya uang,” ujar Meme Bukit. Ia pernah menolak uang sebesar Rp.100.000.000.00 dari seseorang. Meme Bukit kemudian memberikan kami foto sebuah batu yang mirip dengan Pulau Bali, konon dibawa oleh Yuyu (kepiting). Hanya saja, batu berbentuk Pulau Bali tersebut beberapa sisinya telah hilang/lenyap. Percaya atau tidak itu semua tergantung kepada diri kita masing-masing.
Bali dan Pengharapan
Di akhir pembicaraan, Meme Bukit berpesan untuk tidak terus-menerus merusak Bali ”Hentikan untuk mengeksploitasi laut, jangan geser atau bongkar Pura seenaknya dan Menjaga Genah Suci (Pura) serta jadikan orang Bali sebagai tuan rumah di tanahnya sendiri. Berilah perhatian lebih besar kepada anak-anak Bali,” kata wanita yang pernah dianggap orang gila/tidak waras ini. Sebelum semua ini bertambah buruk, marilah membangun Bali dengan memperhatikan kelestarian budaya mereka, demi Bali, Indonesia, dan anak cucu bangsa ini dimasa yang akan datang.
Terhadap harapan itu, tidaklah berlebihan jika kita menghimbau kepada segenap pengambil kebijakan di Bali maupun di tingkat Pemerintah Pusat, kiranya melakukan penataan ulang atas pola pembangunan kepariwisataan di Bali. Bahkan sebelum terlanjur terjadi degradasi kondisi alam dan keunikan budaya-budaya di tanah air, perlu sekali perencanaan pembangunan pariwisata secara nasional yang berorientasi masyarakat setempat dan pelestarian lingkungan hidup. (Yosef Ferdyana & Wilson Lalengke)



Untuk selengkapnya Info wisata silahkan Hububgi ke :






PT. Indonesia Paradise Tours
Ruko Grand Bintaro Blok A-7
Jl. Bintaro Permai Raya, Bintaro
Pesanggrahan – Jakarta 12320
Hp. 08999282705 .
Tel.  +62 21 73885036, 7340682
Fax. +62 21 7341494
           - faris@indietours.co.id

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar